BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan
penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
Serangkaian peristiwa-peristiwa perkembangan yang
kompleks dalam gonad kedua induk menghasilkan sperma dan sel-sel telur (gamet),
tipe sel yang sangat terspesialisasi yang menyatu selama fertilisasi. Fungsi
utama fertilisasi adalah mengombinasikan perangkat-perangkat haploid kromosom
dari dua individu menjadi satu sel diploid tunggal yaitu zigot. Kontak sperma
dengan permukaan sel telur juga menginisiasi reaksi-reaksi metabolik di dalam
sel telur yang memicu bermulanya perkembangan embrionik, sehingga mengaktivasi
telur.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Masalah yang ada pada makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses fertilisasi?
2. Bagaimana fertilisasi in vitro?
3. Bagaimana variasi dalam reproduksi?
4. Bagaimana
penentuan jenis kelamin pada janin ?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui proses
fertilisasi.
2.
Untuk mengetahui fertilisasi in
vitro.
3.
Untuk mengetahui variasi dalam
reproduksi.
4.
Untuk mengetahui penentuan jenis
kelamin pada janin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi
adalah peleburan antara sperma dan ovum. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi.
Saat fertilisasi berlangsung, hanya kepala sperma yang mengandung inti sel yang
masuk ke dalam dinding sel telur, sedangkan ekornya tertinggal di luar.
Penggabungan
sperma dan sel telur ini membentuk zigot.
Zigot yang terbentuk bergerak menuju uterus sambil membelah diri menjadi
dua, empat, delapan, dan seterusnya, pada saat embrio mencapai 32 sel dan
memiliki bentuk seperti buah arbei,
disebut morula.
Selanjutnya,
morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian dalam membentuk bakal
janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk trofoblas yang akan
membentuk plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus, kemudian
membenamkan diri ke dinding uterus yang lunak, tebal, dan lembut serta
mengandung sekret seperti air susu. Proses perlekatan embrio ke dinding sel ini
disebut implantasi. Embrio terus tumbuh dan berkembang membentuk manusia yang
seutuhnya, artinya kehamilan sedang berlangsung.
Fertilisasi atau pembuahan adalah
proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid, yaitu sel sperma dan sel ovum
yang sudah matang untuk membentuk zigot haploid. Tempat terjadinya
fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa juga di luar
Oviduct (Fertilisasi In vitro).
Gambar 2.1
|
2.2 Ovulasi
|
Sebelum membahas Ovulasi. Mari luruskan dulu persepsi mengenai Ovum dan
Oosit.
Ovulasi adalah
proses lepasnya Oosit (bukan Ovum). Oosit masih berada di tahap Oosit
sekunder. Jadi, belum berupa ovum matang. Lalu
kapan Oosit menjadi Ovum?
Oosit
sekunder akan membelah menjadi dua sel, satu sel berukuran normal disebut ootid
dan satu sel lagi berukuran lebih kecil disebut badan kutub sekunder. Ootid ini
akan bermetamorfosis menjadi Ovum. Namun, untuk membuat Oosit sekunder menjadi
Ootid perlu dirangsang oleh keberadaan sperma. Jika tidak ada sperma maka Oosit
ini tidak ada yang membuahi, sehingga akan ikut luruh bersama dinding rahim
saat menstruasi.
Ketika
sperma Jika pada sel terdapat 2 inti sel (pronukleus) dari Sperma dan Oosit yang belum
melebur, juga terdapat 2 badan polar maka saat itu juga ootid kemudian
mencapai perkembangan akhir atau finalnya menjadi Ovum yang matang.
|
Sekarang,
kembali ke Ovulasi. Keluarnya Oosit disebabkan oleh Luteinizing Hormone (LH)
yang disekresikan oleh hipofisis. Hipofisis terangsang oleh estrogen yang
diproduksi sel-sel folikel. Saat menjelang ovulasi, Meiosis I selesai, Oosit
sekunder dan badan polar pertama melanjutkan pembelahan dengan melakukan
Meiosis II dan berhenti pada Metafase II. Selanjutnya, oosit sekunder dilepas
dari ovarium dan ditangkap oleh Fimbriae dan dibawa ke oviduk.
|
2.3
SPERMA
Saat koitus dan terjadi
ejakulasi, jutaan sperma terdeposit pada vagina bagian atas. Sebagian besar
tidak pernah mencapai lokasi fertilisasi. Sperma abnormal jarang dapat berhasil
melakukan perjalanan yang panjang ini dan maka majoritas spermatozoa sehat
bahkan mati ditengah jalan.
|
|

Majoritas
sperma keluar dari vagina setelah pengenceran cairan semen dan hanya sebagian
kecil yang mampu menembus servik dalam hitungan menit. Sperma tak dapat
melewati kanalis servikalis bila mukosa servik dalam keadaan tidak siap.
Kesiapan servik biasanya terjadi pada pertengahan siklus ketika kadar estrogen
mencapai puncaknya dan kadar progesteron paling rendah. Pada kondisi optimal,
sperma memerlukan waktu 2 – 7 jam untuk bergerak melalui uterus menuju lokasi
fertilisasi dalam saluran tuba falopii.
Spermatozoa
dapat bertahan 24 – 48 jam dalam saluran reproduksi wanita.
Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi belum mampu membuahi sel telur. Mereka harus mengalami kapasitasi. Kapasitasi dapat pula di induksi secara in vitro dengan kultur yang sesuai.
Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi belum mampu membuahi sel telur. Mereka harus mengalami kapasitasi. Kapasitasi dapat pula di induksi secara in vitro dengan kultur yang sesuai.
Selama
kapasitasi, selubung glikoprotein yang menempel pada membran sel spermatozoa
dilepaskan dan menyebabkan perubahan pada permukaan membran sperma dan
mengadakan reorganisasi pada membran sperma tersebut.Kapasitasi sperma
memungkinkan terjadinya reaksi akrosom.
Enzym
proteolytic yang dilepaskan akrosom memungkinkan penetrasi zona pellucida oleh
sperma yang bergerak seperti cambuk.Penetrasi zona pelucida memerlukan waktu
sekitar 15 menit.
2.4
FERTILISASI
Peristiwa fertilisasi terjadi
di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat membuahi ovum di ampula tuba
fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan ke dalam saluran genital
wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks, ratusan yang dapat
mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur. Sel
spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam (Cambridge, 1998).
Sebelum membuahi sel telur,
spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan reaksi akrosom terlebih dahulu.
Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,
berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung glikoprotein dari plasma
semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa.
Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah penempelan spermatozoa ke zona
pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996).
|
Oosit (ovum) akan mencapai tuba
satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari
sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa
yang ada sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum. Setelah spermatozoa
menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya dan menyimpan komplemen
kromosom ganda yang lazim. Kromosomm ini mengandung semua informasi genetic
yang nantinya akan diturunkan kepada keturunannya (Canbridge, 1998).
Sel telur yang telah dibuahi akan
membentuk zigot yang terus membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan,
enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula
terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan
oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar
blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk
menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan
masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi
(perlekatan dengan dinding uterus) (Anonymous, 2008).
|
|
Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah
ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron merangsang
pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah,
serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan
embrio.
Enam hari setelah fertilisasi,
trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan
hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara
menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah
terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya
berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat
menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
Plasenta atau ari-ari pada janin berbentuk
seperti cakram dengn garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai
pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu hari 28 setelah fertilisasi,
plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas,
makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah
ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan
bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke
dalam darah janin (Anonymous,
2008)
Saat fusi antara sel membran sperma dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3 peristiwa penting pada oosit : :
- Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap polispermia ( spermatozoa lain tak dapat masuk kedalam sel telur ). Hanya satu pronukelus pria yang dapat ber fusi dengan pro nukleus wanita dan menjaga keadaan diploid dari zygote.
- Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah sperma lain untuk berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder terhadap polispermia.
- Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeularkan dari sel telur sehingga memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid. Sekali lagi, hal ini akan menjaga agar zygote tetap diploid. Kegagalab untuk menjaga sifat diploid pada hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan proses kehamilan.
Setelah
berada dalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur
dan membran inti (nukleus) sperma pecah. Membran yang baru terbentuk di sekeliling
kromatin sperma membentuk pronukelus pria. Membran inti oosit yang baru
juga terbentuk di sekeliling pronukleus wanita. Sekitar 24 jam
setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan terjadilah pembelahan sel
pertama.
2.5
Nidasi (Implantasi)
|
Implantasi adalah penempelan blastosis kedinding rahim, yaitu pada
tempatnya tertanam. Blastosis biasanya tertanam didekat puncak rahim, pada
bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1
lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel dibagian
dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio,
sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk
plasenta (ari-ari).
Plasenta menghasilkan hormone untuk membantu memelihara kehamilan dan
memungkinkan perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin.
Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada
hari ke 9-10.
Pada akhir minggu pertama (hari ke 5-7) zygot mencapai cavum uteri.
Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lender dibawah pengaruh
progesterone dari korpus luteum yang masih aktif. Kontak antara zigot stadium
blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan
berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblas zigot tersebut akan
menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan endometrium uterus (terjadi
implantasi).
Dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus
embrio (korion). Lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan
membentuk kantung amnion. Kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion)
dan akan mengembangun untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang
mengapung di dalamnya. Tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh,
memanjang kedalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan
pohon.
Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan
plasenta, sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai kejanin dan limbah
lebih banyak dibuang dari janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna
biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama
kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.
2.6
Perkembangan Embrio
Embrio pertama kali dapat dikenali didalam blastosis sekitar 10 hari
setelah pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi
otak dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk
pada hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada
hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama.
Selanjutnya, pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta.
|
Organ-organ
terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah
permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan
selama kehamilan.
Kelainan
pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama (12
minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ dimana
embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. Karena itu seorang
wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan
pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya.
Pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi harus
dihindari.
Pada
awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi
rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah
usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat
sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi
seluruh rahim).
Terdapat 4 macam
membran embrio, yaitu :
a.
Kantung Kuning Telur
(Yolk Sac)
Kantung kuning
telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan
ovipar, pada manusia hanya terdapat sedikit dan tidak berguna.
b.
Amnion
Amnion merupakan
kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin
dari tekanan atau benturan.
c.
Alantois
Pada alantois
berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada
mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam
jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tall pusat.
d.
Korion
Korion adalah
dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion
menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai
badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta).
Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.
2.7
Variasi dalam reproduksi
Terdapat beberapa jenis
variasi reproduksi yang ada pada makhluk hidup. Antara lain :
1. Metagenesis, yaitu, pergantian generasi hasil reproduksi seksual dengan
reproduksi aseksual.
2. Hemafroditisme, merupakan kondisi bila satu individu mempunyai dan dapat
memproduksi sel kelamin jantan dan kelamin betina. Hemafroditisme disebabkan kegagalan differensiasi gonad.
3. Partenogenesis, pada beberapa jenis insecta, telur dapat tumbuh menjadi
individu baru tanpa adanya peran dari pejantan.
4. Paedogenesis, merupakan reproduksi yang terjadi pada hewan muda yang belum
dewasa secara seksual/pada fase larva. Seperti redia
pada larva cacing fasciola hepatica yang dapat menghasilkan redia dan serkaria
secara paedogenesis. Generasi baru yang terbentuk berasal dari sel somatik.
(Brotowidjoyo, 1989)
2.8
Penentuan
Jenis Kelamin
Kegiatan yang menentukan penentuan
jenis kelamin sebenarnya sudah ada sejak tahun 1891 yag dilakukan oleh
biologiwan berkebangsaan jerman, yaitu H. henking. Ia menjadi orang yang
pertama dalam penyelidikan mengenai adanya hubungan antara kromosom dengan
perbedaan jenis kelamin pada suatu makhluk hidup dengan cara mengamati
spermatogenase pada beberapa serangga dan menemukan struktur tertentu dalam
nukleusnya, dikatakan bahwa sebagian dari spermatozoa itu memiliki struktur
tersebut sedangkan yang lainnya tidak. Namun, ia tidak mengatakan tentang
pentingnya struktur tersebut dan hanya menamakannya sebagai kutup X.
Kemudian selanjutnya pada tahun
1902, muncul seorang biologiwan yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh
H. henking tersebut. Kali ini, dia mengamati kromosom pada berbagai jenis
belalang dan tidak menemukan badan X pada ovum melainkan hanya pada spermazoa
saja. Dengan berlandaskan penemuannya tersebut dia menegaskan bahwa badan X
berhubungan dengan penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup, apakah dia
jantan atau betina.
Mekanisme genetik dimana jenis
kelamin ditentukan dalam semua organisme hidup. Sifat dasar genetik penentuan
seks sangat bervariasi di antara berbagai bentuk kehidupan.
Pada kebanyakan hewan dan banyak
tanaman, individu menjadi khusus untuk menghasilkan satu jenis gamet. Biasanya
tidak hanya berbeda dalam yang jenis gonad yang mereka miliki, tetapi juga di
sejumlah morfologis dan fisiologis perbedaan lain, atau karakteristik seks
sekunder. Yang terakhir ini mungkin mendefinisikan fenotipe seks ketika hadir,
bahkan jika gonad khas untuk seks yang tidak hadir atau berfungsi. Bentuk yang
biasanya menghasilkan ovum dikenal sebagai perempuan, salah satu yang biasanya
menghasilkan sperma atau serbuk sari dikenal sebagai laki-laki. Karena beberapa
proses seksual tidak melibatkan gamet, penerapan lebih universal dari istilah
“jender” mengacu pada setiap donor materi genetik sebagai laki-laki dan
penerima sebagai perempuan.
Diferensiasi seks sering disertai
dengan dimorphisms kromosom yang konsisten, yang mengarah ke dugaan bahwa
perbedaan kromosom terkait dengan, dan mungkin bertanggung jawab, dalam perbedaan jenis kelamin.
Memang, kromosom yang tidak sama pada kedua jenis kelamin diberi nama kromosom
seks. Beberapa orang menggunakan istilah “heterosomes” untuk membedakan mereka
dari autosom, yang merupakan kromosom yang secara morfologis identik pada kedua
jenis kelamin.
Setiap organisme yang melakukan
perkembangbiakan secara generative memiliki jenis kelamin yang berbeda sebagai
alat reproduksinya. Jenis kelamin ada dua macam, yaitu jantan dan betina. Penentuan
jenis kelamin ditentukan oleh kromosom kelamin yang diturunkan dari kedua
parentalnya atau induknya.
A.
Faktor-Faktor Penentu Jenis Kelamin
Semua hal yang mempengaruhi suatu keadaan dari individu yang
berkaitan dengan jenis kelamin baik itu hanya bersifat sementara atau permanen
disebut dengan faktor penentu jenis kelamin. Faktor-faktor penentu jenis
kelamin ini ada yang berasal dari luar yang disebut dengan faktor lingkungan
dan ada yang berasal dari dalam yag disebut dengan faktor genetik.
a.
Faktor Lingkungan
Pada
beberapa hewan, penentu jenis kelamin bukan karena faktor genetik
melainkan karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya yang dikenal dengan
faktor lingkungan, biasanya yang mengambil peranan dalam faktor lingkungan ini
adalah keadaan fisiologis dari suatu hewan tersebut. Jika kadar hormon kelamin
dalam tubuh tidak seimbang penghasilan atau perederannya, maka pernyataan
fenotip pada makhluk mengenai jenis kelmainnya dapat berubah, akibatnya watak
kelaminnya pun mengalami perubahan (Suryo, 2012). Misalnya pada kasus hewan
aligator (buaya) yang jenis kelaminnya ditentukan oleh suhu telur yang di
eramnya, pada siput yang mengalami pergantian jenis kelamin dan pada hewan
tingkat rendah dalam hal ini adalah cacing laut Bonellia viridis yang
mana cacing muda hidup pada rahim dari cacing betina sehingga menjadi cacing
jantan. Penelitian cacing laut ini diteliti oleh F. Baltzer, ia mengatakan
bahwa setiap telur yang baru menetas (cacing muda) yang dilepaskan di dalam air
yang banyak terdapat cacing betina dewasa, maka ada beberapa cacing muda itu tertarik
kedalam rahim cacing betina dan hidup di dalamnya, karena adanya pengaruh dari
ekstrak uterus cacing betina maka cacing tersebut berkembang menjadi cacing
jantan.
b.
Faktor Genetik
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang
menentukan jenis kelamin suatu makhluk, tepatnya adalah komposisi dari suatu
kromosom (karena bahan genetik terdapat didalam kromosom) Pada beberapa mahkluk
hidup dipengaruhi oleh kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal.
Contohnya pada kasus tanaman jagung, tanaman jagung yang merupakan tanaman
berumah satu. Jika gen (ba) homozigotik, maka bongkol yang biasa merupakan
bunga betina, akan berubah membentuk benangsari. Sebaliknya jika gen (ts)
homozigotik, maka malai yang merupakan bunga jantan, berubah membentuk putik
dan tidak menghasilkan serbuk sari.
B.
Tipe-Tipe
Penentu Jenis Kelamin
Ada
beberapa tipe untuk penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup, diantaranya adalah
tipe XY, tiep XO, tipe ZW, dan tipe ZO.
C.
Penentuan Jenis Kelamin Pada Manusia
Manusia memiliki 46 kromosom atau 22 pasang kromosom
yang merupakan autosom dan 1 pasang kromosom seks pada atau
gonosome. Kromosom seks dilambangkan dengan X dan Y. Seorang perempuan
memiliki dua kromosom X dan seorang laki-laki X dan Y-kromosom.
Jumlah gonosomes tidak menentukan gender,
melainkan ada atau tidak adanya kromosom Y, Penentuan jenis
kelamin pada manusia/mamalia dikatakan mengikuti sistem XY.
Seorang perempuan memiliki 22 pasang autosom dan 1 pasang
kromosom-X, sehingga formula kromosom untuk seorang perempuan ialah 22AAXX,
sedangkan sel telur haploid nya adalah 22AX yaitu 22 sel autosom dan sebuah
kromosom seks. Pada laki-laki memiliki 22 pasang autosom dengan 2 sel gonosom
yaitu X dan Y maka formula kromosom untuk laki laki adalah 22XY, sehingga dalam
bentuk sel diploidnya laki-laki memiliki dua macam spermatozoa, yaitu:
a)
Ginospermium yaitu, spermatozoa kromosom yang memiliki 22 autosom dan sebuah
kromosom X sehingga formulanya 22AX
b)
Androspermium yaitu spermatozoa yang memiliki 22 autosom dan sebuah kromosom Y
sehingga formulanya 22AY. Andropermium memiliki ukaran yang ebih kecil
jika dibandingkan dengan ginospermium.
Apabila sebuah sebuah sel telur dibuahi oleh ginospermium
maka anak yang dihasilkan adalah anak perempuan. Tetapi bila sel telur dibuahi
oleh androspermium maka anak yang dihasilkan adalah laki-laki.
D.
Sel Kromatin (Kromatin kelamin)
Badan kromatin ditemukan oleh seorang ahli genetika dari Kanada, yaitu
M.L. Barr pada tahun 1949. Ia menemukan bahwa pada kandungan inti sel betina,
ditemukan suatu badan yang menyerap warna, badan itu kemudian disebut dengan
Barr Body. Adanya Barr Body menunjukan jenis kelamin pada wanita. Pada sel
somatis wanita terdapat sebuah kromatin kelamin sementara sel somatis pria
tidak memilikinya. Selanjutnya diketahui bahwa banyaknya kromatin kelamin
ternyata sama dengan banyaknya kromosom X dikurangi satu. Jadi, wanita normal
mempunyai sebuah kromatin kelamin karena kromosom X-nya ada dua. Sedangkan,
pria normal tidak mempunyai kromatin kelamin karena kromosom X-nya hanya satu.
keberadaan kromatin kelamin sering kali digunakan untuk menentukan jenis
kelamin serta mendiagnosis berbagai kelainan kromosom kelamin pada janin
melalui pengambilan cairan amnion embrio (amniosentesis). Perempuan bersifat seks
kromatin positif, sedangkan laki-laki seks kromatin negative.
E.
Hipotesa Lyon
Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan
hipotesis bahwa kromatin kelamin merupakan kromosom X yang mengalami kondensasi
atau heterokromatinisasi sehingga secara genetik menjadi inaktif (tidak aktif).
Hipotesis ini dilandasi hasil pengamatannya atas ekspresi gen rangkai X yang
mengatur warna bulu pada mencit. Individu betina heterozigot memperlihatkan
fenotipe mozaik yang jelas berbeda dengan ekspresi gen semidominan (warna
antara yang seragam). Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu kromosom X yang
aktif di antara kedua kromosom X pada individu betina. Kromosom X yang aktif
pada suatu sel mungkin membawa gen dominan sementara pada sel yang lain mungkin
justru membawa gen resesif.
Berdasarkan hipotesa Lyon banyaknya kromatin kelamin yang
dijumpai pada suatu individu adalah sama dengan banyaknya kromosom-X yang
dimiliki oleh individu tersebut dikurangi dengan satu. Perempuan normal
memiliki kromosom XX maka ia memiliki 1 kromatin kelamin. Sedangkan pada
pria kromosomnya adalah XY sehingga tidak memiliki kromosom kelamin. Selain itu
kromosom kelamin juga digunakan untuk diagnose terhadap berbagai kelainan
kromosom pada manusia.
F.
Peranan kromosom-X dan –Y pada manusia
Kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan
kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai
kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan. Di dalam benih ayah,
terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau kromosom Y saja. Kromosom
adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin Perempuan mempunyai unsur X X
Laki-laki mempunyai unsur X Y. Berbeda pada lalat Drosophila dimana
kromosom-Y tidak memepengaruhi jenis kelamin lalat, sedangkan pada manusia kromosom
Y menentukan sifat untuk laki-laki. Berapapun kromosom X yang dimiliki
seseorang, asal disamping memiliki kromosom Y sebuah saja maka orang tersebut
adalah laki-laki. Autosom pada manusia sama sekali tidak mempengaruhi jenis
kelamin sedangkan untuk Drosophila turut mempengaruhi jenis kelamin.
G.
Kelainan Kromosom Pada Manusia
Perubahan jumlah dan struktur kromosom terkait dengan
beberapa kelainan parah pada manusia. Kegagalan berpisah pada saat meiosis
menghasilkan aneuploidi pada gamet dan zigot yang dihasilkan. Aneuploidi adalah
perubahan jumlah kromosom dalam satu perangkat atau satu genom kromosom.
Akibatnya, jumlah kromosom menjadi tidak seimbang karena satu set kromosom
dapat memiliki kromosom yang lebih banyak atau lebih sedikit dari pada set kromosom
lainnya. Biasanya hal itu berakibat buruk bagi organisme yang mengalaminya.
Walaupun frekuansi zigot aneuploidi mungkin cukup tinggi
pada manusia, sebagian perubahan kromosom ini sedemikian merusak perkembangan
sehingga embrio yang mengandung perubahan itu akan gugur lama sebelum
dilahirkan. Akan tetapi, beberapa tipe enueploidi tampaknya mengacaukan
keseimbangan genetik secara lebih ringan daripada aneuploidi lain, dengan
akibat berupa individu pengidap kondisi aneuploidi tertentu dapat bertahan hidup
sampai kelahiran dan hidup beberapalama. Orang-orang yang memiliki serangkaian
sifat -sindrom- yang khas untuk tipe aneuploidi yang diidap. Kelainan
genetik akibat aneuploidi dapat didiagnosis sebelum kelahiran melalui pengujian
jenin. Adapu kelaminan kromosom pada manusia dapat dibedakan menjadi dua, yakni
kelainan pada kromosom kelamin dan kelainan pada kromosom autosom.
a)
Kelainan Pada Kromosom Kelamin
Gagal berpisah pada kromosom kelamin menghasilkan berbagai
macam kondisi aneuploidi. Sebagian besar kondisi ini tampakmnya tidak terlalu
mengganggu keseimbangan genetik, jika dibandingkan dengan kondisi aneuploidi
yang melibatkan kromosom autosom. Sindrom turner, sindrom klinifelter, sindrom
wanita super dan sindrom pria XYY merupakan beberapa contoh dari kelainan pada
kromosom kelamin.
a.
Sindrom Turner
Sindrom turner pertama kali ditemukan oleh H. H. Turner pada
tahun 1938. Pada sindrom ini terjadi monosomi, yaitu kehilangan satu kromosom
X, sehingga hanya memiliki 45 kromosom, dengan formula kromosom 22AAXO. Sindrom
turner terjadi pada sekitar satu dari setiap 5000 kelahiran dan merupakan
satu-satunya monosomi dengan pengidap yang bisa bertahan hidup pada manusia.
Walaupun individu-individu XO ini berfenotipe perempuan, mereka mandul karena
organ kelaminnya tidak berkembang. Ketika diberi terapi penggantian estrogen,
ciri seks sekunder para perempuan penderita sindrom turner pun berkembang.
Sifat-sifat
penderita :
- Tubuh pendek ( kira-kira 120-130cm), tidak sesuai dengan umurnya
- Leher pendek, dan disamping leher terdapat suatu lipatan yang mudah ditarik ke samping.
- Rambut kepala dibagian tengkuk meruncing ke bawah.
- Dada lebar, pinggul sempit
- Sifat seksual sekunder tidak tumbuh sempurna (payudara dan rambut kelamin tidak tumbuh)
- Tidak mengalami menstruasi, karena mandul (steril)
- Intelegensia kurang, demikian juga inisiatifnya. Mungkin diakibatkan karena kurangnya hormon.
- Libido kurang, tapi dapat diatasi dengan penambahan hormon estrogen
- Tidak memiliki kromatin kelamin
- Kemungkinan terjadi karena adanya nondisjunction selama orang tuanya membentuk gamet
b.
Sindrom Klinifelter
Sindrom klinifelter ditemukan oleh H. F. Klinifelter pada
tahun 1942. Penderitanya memiliki kelebihan satu kromosom X atau mengalami
trisomi pada gonosom sehingga kromosomnya berjumlah 47. Penderita sindrom
klinifelter berjenis kelamin laki-laki dengan rumus kromosom 22AAXXY.
Sifat-sifat
penderita :
- Nampak seperti orang normal, terutama waktu masih kanak-kanak
- Kaki dan lengan kelihatan panjang, sehingga keseluruhan tubuhnya nampak panjang
- Setelah mencapai masa akil balig, payudara nampak mulai membesar, tetapi testis mengecil.
- Dada sempit, pinggul lebar, suatu keadaan yang biasanya terdapat pada wanita normal.
- Steril
- Intelegensia kurang, demikian pula inisiatifnya. Mempunyai keinginan untuk kawin.
- Mempunyai 1 kromatin kelamin (sesuai hipotesa lycon)
- Kemungkinan terjadi karena nondisjunction diwaktu ayahnya atau ibunya membentuk gamet-gamet.
c.
Wanita Super
Wanita super merupakan sindrom triple-X. Sindrom Triple-X
terjadi pada jenis kelamin perempuan dengan rumus kromosom 22AAXXX. Itu berarti
terjadi kelebihan satu kromosom X. Kelebihan satu kromosom X itu didapatkan
dari peristiwa gagal berpisah pada saat pembentukan sel telur (ovum). Perempuan
X (XXX), terjadi pada satu dari sekitar 1000 kelahiran hidup, sehat dan tidak
bisa dibedakan dari perempuan XX kecuali melalui kariotipe. Perempuan dengan
kromosom 22AAXXX biasanya meninggal pada saat kanak-kanak, karena banyak
alat-alat tubuhnya tidak sempurna perkembangannya. Kemungkinan terjadinya karena
ada nondisjunction pada waktu ibunya membentuk sel telur.
d.
Pria XYY
Pria XYY merupakan penderita sindrom jacobhh. Penderita sindrom jacob memiliki
kelebihan satu kromosom Y sehingga rumus kromosomnya adalah 22AAXYY. Kelebihan
satu kromosom Y itu disebabkan oleh terjadinya gagal berpisah pada saat meiosis
II. Kemungkinan terjadi karena seorang laki-laki normal yang mengalami
nondisjunction pada meiosis II menghasilkan spermatozoa YY yang membuahi sel
telur –X. Penderita sindrom jacob adalah laki-laki. Dinamakan sindrom jacob
karena ditemukan oleh P.A. Jacob pada tahun 1965.
Sifat-sifat
penderita :
- Lebih agresif dibandingkan dengan pria normal.
- Tidak dapat menguasai diri.
- Diketemukan tidak selalu nampak lebih tinggi, juga intelegensia serta kepribadiannya tidak selalu menyimpang dari orang normal.
b)
Kelainan Pada Kromosom Autosom
Oleh karena autosom dimiliki pria maupun wanita, maka
kelainan pada autosom dapat dijumpai pada pria maupun wanita. Suatu contoh yang
banyak terdapat di Indonesia ialah sindrom down. Mula-mula diketemukan oleh
Langdom Down pada tahun 1866. Tadinya kelainan ini dinamakan Mongolisme, sebab
kelopak mata yang atas dari penderita mempunyai lipatan, sehingga seperti mata
orang Mongol. Karena nama itu dapat menyinggung perasaan suatu bangsa, maka
kini dipakai nama sindrom down.
Sifat-sifat
penderita :
- Individu dapat laki-laki atau perempuan (karena kelainannya pada autosom) autosom nomor 21, sehingga memiliki 3 buah autosom nomor 21 (Jumlah kromosom 47)
- Penderita mempunyai kelebihan
- Tubuh terlihat pendek dan puntung
- Muka sering kali ke arah bentuk bulat
- Kelopak mata yang atas mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental.
- Iris mata kadang berbintik-bintik (brushfield)
- Mulut selalu terbuka dan ujung lidah yang membesar keluar dari lubang mulut. Gigi kotor dan tak teratur.
- Hidug lebar dan datar.
- Pada telapak tangan hanya terdapat garis horizontal, sedangkan pada orang normal terdapat beberapa garis
- Ibu jari kaki dan jari kedua dari kaki biasanya tidak rapat
- Biasanya mempunyai kelainan jantung, dan tidak resisten terhadap penyakit. Berhubung dengan itu dahulu penderita berusia pendek, akan tetapi dengan adanya antibiotika, maka hal itu dapat teratasi.
- IQ sangat rendah (antara 20-50), sehingga kemampuannya hanya seperempat atau separohnya kemampuan anak biasa. Namun ada pula 1 diantaran 50 penderita yang dapat membaca dan menulis.
- Kebanyakan selalu memperlihatkan wajah gembira
Kebanyakan
penderita sindrom down merpakan anak terakhir dari suatu keluarga besar, dimana
usia ibu pada waktu melahirkan anak tersebut sudah terlalalu tua. Atau dapat
juga lahr dari seorang perempuan yang kawin terlalu lambat. Tentunya biasanya
terjadi karena ibu mengalami nondisjunction pada autosom nomor 21 diwaktu
membentuk sel telur.
H.
Hormon yang
mempengaruhi kehamilan
Hormon-hormon
yang berpengaruh pada kehamilan yaitu sebagai berikut :
a.
HCG (Human Chorionic
Gonadotropin)
Hormon HCG
terdeteksi 8-9 hari setelah pembuahan dan merupakan dasar dari tes kehamilan.
Sekresi hormone ini dapat diukur,segera setelah blastokista berimplantasi dalam
endometrium. Kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam
hingga kehamilan 6 minggu. HCG berfungsi untuk mempertahankan corpus luteum dan
mencegah mentruasiselama kehamilan. Selain itu juga memiliki fungsi yang sama
dengan LH yang disekresikan kelenjar hipofisis yang menyebabkan meningkatnya
estrogen dan progesterone. HCG juga berfungsi merangsang testosteroneb. Dampak
dari HCG yaitu terjadinya Morning sick (mual-mual) karena akibat dari
tingginya kadar HCG dalam darah meningkat.
b.
HCS (Human Chorionic
Somatomammotropin)
Merupakan
hormon plasenta yang baru ditemukan. Hormon ini merupakan protein yang mulai
disekresikan oleh plasenta kurang lebih minggu kelima kehamilan.Sekresi HCS
meningkat secara progresif selama masa kehamilan. HCS memiliki fungsi yang
berhubungan dengan nutrisi bagi ibu dan janin, proses laktasi, dan juga
membantu menurunkan sensitif insulin, sebagai hormon pertumbuhan. Dampak dari
HCS yaitu penurunan glukosa oleh ibu sehingga membuat jumlah glukosa yang
tersedia untuk fetus lebih besar, meningkatkan pelepasan asam lemak dari
cadangan lemak ibu sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk
metabolisme ibu. (Pustaka.unpad.ac.id)
c.
HPL (Human Placental
lactogen)
Merupakan hormon
yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon inimerupakan hormon protein yang
merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme karbohidrat
dan lemak. Hormon ini produksinya terus naik pada saat matang mencapai 2
gram/hari. Fungsinya yaitu penting dalam memproduksi ASI, mirip dengan hormon
pertumbuhan. Dampaknya yaitu bersifat diabetogenik sehingga kebutuhan
insulin wanita hamil mengalami kenaikan, membuat rasa sakit dan ngilu pada
putting ketika disentuh, memperbesar payudara.
d.
Pituitary Gonodotropin
Yang termasuk
dalam Pituitary Gonadotropin yaitu FSH dan LH. FSH dan LH berada dalam keadaan
sangat rendah selama kehamilan, karena ditekan oleh estrogen dan progesterone
plasenta. (kusmiyati,2008)
e.
Prolaktin
Prolaktin
termasuk hormon Pituitary Gonodotropin. Produksi prolaktin pada saat kehamilan
meningkat sebagai dari kenaikan sekresi estrogen. Sekresi air susu dihambat
oleh estrogen di tingkat target organ. Berasal dari hipofisis. Fungsinya yaitu
memperbesar payudara untuk merangsang produksi ASI. (Pustaka.unpad.ac.id)
f.
MSH( Melanocyte
Stimulating Hormone)
Hormon ini
merangsang kulit untuk menghasilkan pigmen dankadarnya meninggi selama
kehamilan. Meningginya kadar hormone ini dapatmembuat ibu hamil mengalami
pigmentasi atau hitamnya kulit di bagiantertentu, biasanya pada leher Mommy.
g.
Tiroksin
Kelenjar tiroid
mengalami hipertrofi hingga 50% dan produksi T4 meningkat . Tetapi T4 bebas
relative tetap karena thyroid binding globulinmeninggi. (kusmiyati,2008)
Peningkatan produksi hormon tiroksin juga disebabkan oleh efek tirotropin HCG dan juga oleh sejumlah kecil hormone perangsang tiroidkhusus yaitu human chorionic tyrotropin yang disekresi oleh plasenta.
Peningkatan produksi hormon tiroksin juga disebabkan oleh efek tirotropin HCG dan juga oleh sejumlah kecil hormone perangsang tiroidkhusus yaitu human chorionic tyrotropin yang disekresi oleh plasenta.
h.
Parathormon
Kelenjar
paratiroid membesar selama masa kehamilan, khususnya jikaibu mengalami
defisiensi kalsium dalam makanannya. Pembesaran ini menyebabkan absorbs kalsium
dari tulang ibu, sehingga mempertahankankadar kalsium normal ketika fetus
mengambil kalsium untuk osifikasi tulang-tulangnya sendiri. Sekresi hormone
paratiroid semakin meningkat setelahkelahiran bayi pada masa laktasi.
(pustaka.unpad.ac.id)
i.
Insulin
Produksi Insulin
meningkat sebagai akibat dari peningkatan estrogen, progesterone, dan HPL.
(kusmiyati,2008)
j.
Aldosteron, rennin,
Angiotensin
Jika
hormon-hormon tersebut naik maka akan terjadi kenaikan volume intravasikuler.
Aldosteron dan estrogen yang meningkat dapat menyebabkanretensi cairan ginjal.
Sumsum tulang juga menjadi sangat aktif menghasilkaneritrosit tambahan serta
kelebihan volume cairan sehingga menimbulkanpembengkakan pada daerah
ekstremitas bawah. (pustaka.unpad.ac.id)
k.
Relaksin
Merupakan hormon
tambahan yang disekresikan oleh corpus luteum. Fungsinya untuk melunakkan
serviks sebagai persiapan dilatasi serviks saatpersalinan, untuk melemaskan
jaringan ikat antara tulang panggul sebagai persiapan untuk persalinan
(Sherwood,2001)
l.
Oksitoksin
Berfungsi pada saat persalinan, terjadi
peningkatan reseptor oksitoksin dalam otot rahim sehingga dapat menimbulkan
kontraksi, meningkatkan pembentukan prostaglandin sehingga persalinan dapat
berlangsung lancer. (Manuaba,2009)
BAB
III
SIMPULAN
Dari pembahasan
diatas, dapat diambil kesimpilan sebagai berikut :
1.
Peristiwa
fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat membuahi ovum di ampula tuba fallopii.
2.
Proses
fertilisasi, dapat terjadi secara internal dan eksternal.
3.
Fertilisasi in vitro merupakan suatu metode untuk
membuahkan suatu kehidupan baru dalam sebuah cawan petri (pembuatan bayi
tabung).
4.
Terdapat beberapa
jenis variasi reproduksi yang ada pada makhluk hidup. Antara lain: Metagenesis,
Hemafroditisme, Partenogenesis dan Paedogenesis.
5.
Sejarah penentuan jenis kelamin dimulai dari penelitian H.
Henking tetapi ia tidak menjelaskan pentingnya struktur tersebut.
6.
Faktor – faktor yang mempengaruhi jenis kelamin adalah
faktor lingkungan dan faktor genetik
7.
Tipe penentuan jenis kelamin adalah XY, XO, ZW dan ZO
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat
Djarubito. 1989. Zoologi dasar.
Yogyakarta : UGM Press.
Cambridde, 1998. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Sistem
Reproduksi. Jakarta : EGC
Junqueira, Carlos R dkk. 1992.
Histologi dasar. Alih bahasa : Jan Tambayang. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Muchtaromah, Bayyinatul, Dr. Drh.
Msi. Panduan Praktikum Struktur Perkembangan
Hewan II. Malang : UIN Press.
Partodiharjo Suebadi. 1992. Ilmu
Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya. Sadler, T.W, 1996. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta
: EGC
|
||||
|
||||

Tidak ada komentar:
Posting Komentar