BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teknologi memang dapat menciptakan suatu yang baru. Dan
apabila teknologi dipadukan dengan seni, hasilnya akan lebih mempesona lagi.
Hal ini dapat dilakukan pada tanaman. Cara memperbanyak tanaman sangat banyak
ragamnya. Mulai yang sederhana sampai yang rumit. Ada yang tingkat
keberhasilannya tinggi, ada pula yang rendah. Hal tersebut sangat bergantung
pada beberapa faktor, antara lain cara perbanyakan yang kita pilih, jenis
tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan pekerja, dan sebagainya.
Perbanyakan tanaman bisa kita golongkan menjadi dua golongan
besar, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara
generatif atau seksual adalah perbanyakan dengan menggunakan biji. Namun
demikian, perbanyakan secara generatif memiliki kendala, yaitu tidak semua
tanaman menghasilkan biji, ada tanaman menghasilkan biji, tetapi biji tersebut
tidak dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Disamping itu tanaman yang ditanam
dengan biji terkadang ada yang memiliki rasa dan hasil yang mengecewakan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan perbanyakan
secara vegetatif. Perbanyakan vegetatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara alami dan secara buatan. Perbanyakan
vegetatif yang biasanya dilakukan adalah vegetatif buatan, salah satunya dengan
cara menempel atau okulasi.
Menempel juga disebut okulasi. Cara perbanyakan tanaman
dengan okulasi memberikan hasil yang
lebih baik dibanding dengan stek dan cangkok, karena okulasi dilakukan pada
tanaman dengan perakaran yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan
penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi
mempunyai perakaran yang kurang baik. Teknik okulasi dapat menciptakan sesuatu
yang baru bila dipadukan dengan seni, sehingga hasilnya akan lebih mempesona
hal tersebut dapat dilakukan pada tanaman misalnya pada tanaman puring. Puring
merupakan tanaman hias yang banyak diminati orang. Selain sebagai tanaman hias
puring juga digunakan sebagai tanaman pagar dan tanaman obat. Karena banyak
manfaat yang dimiliki oleh tanaman ini, maka dari itu dilakukan
perbanyakan dengan cara okulasi.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai
pengertian menempel atau okulasi, macam-macam cara okulasi, faktor – faktor
yang mempengaruhi keberhasilan okulasi, sejarah tanaman puring, langkah-
langkah okulasi tanaman puring dengan cara okulasi huruf T, dan kelebihan dan
kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan menempel
atau okulasi?
2. Apa sajakah macam-macam cara
okulasi?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan okulasi?
1.3 Tujuan
Penulisan ini mempunyai tujuan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud
dengan menempel atau okulasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam cara
okulasi.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan okulasi.
1.4 Manfaat
a. Bagi Universitas
Dengan adanya makalah ini dapat menambah koleksi makalah
yang ada di perpustakaan untuk dijadikan bahan bacaan atau reverensi guna
penyusunan skripsi maupun tugas-tugas yang terkait dengan makalah ini.
b. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan reverensi di dalam membuat tugas
khususnya dalam memperbanyak tanaman dengan cara menempel atau okulasi.
c. Bagi Penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis mendapatkan tambahan
wawasan ilmu baik itu mengenai penyusunan makalah maupun tentang menempel. Di
samping itu penulis bisa mempraktikan langsung dan bisa mengetahui bagaimana
cara mengembangbiakan tanaman dengan vegetatif buatan khususnya dengan teknik
menempel atau okulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menempel atau Okulasi

Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie
(belanda) atau budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi
memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan stek dan mencangkok karena
okulasi dilakukan pada tanaman dengan perakaran yang baik serta tahan terhadap
serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah
lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Banyak jenis tanaman yang
dapat diokulasi, ada yang mudah dilakukan dan ada juga yang susah dilakukan.
Seperti pada tanaman puring, jeruk, durian, adenium, advokat, rambutan, dan
tanaman lainnya.
Syarat tanaman dapat di okulasi yaitu tanaman tidak sedang
Flush (sedang tumbuh daun baru), antara batang atas dan batang bawah harus
memiliki umur yang sama, tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada
saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kayunya. Saat
ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara
aktif. Setiap pohon mempunyai waktu pembelahan
yang berbeda, ada yang aktif dimusim kemarau dan ada pula yang aktif dimusim
hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya pelepasan kulit kayu
adalah curah hujan, ketinggian tempat dan sebagainya.
Jika kita melakukan okulasi tanaman pada saat musim hujan,
jangan dilakukan pada waktu hujan sedang turun, karena jika tempelan kemasukan
air maka kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Secara umum pekerjaan
okulasi terdiri atas pengirisan batang bawah, pengambilan, penyisipan mata,
pengikatan tempelan, pelepasan ikatan, pemotongan batang pokok. Pelepasan
ikatan dan pemotongan batang pokok sering disebut dengan pemeliharaan okulasi.
2.2 Macam-macam
Cara Okulasi
Banyak
cara okulasi yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah okulasi huruf T, cara Forkert, cara okulasi Forkert yang
disempurnakan, okulasi Segiempat, okulasi Jendela, okulasi Haji Ali atau
okulasi Stempel.

1) Okulasi huruf T
Disebut demikian karena irisan dari batang
pokok berbentuk huruf T atau huruf T
terbalik. Adapun caranya sebagai berikut:
a. Kita buat irisan melintang kurang
lebih 1 cm dari lingkaran batang. Dari pertengahan irisan melintang ini kita
buat irisan vertikal ke bawah (huruf T) atau ke atas ( huruf T terbalik).
Panjang irisan vertikal lebih kurang
3cm. Kulit di kedua belah sisi irisan vertikal diangkat dengan pisau.
b. Kita ambil mata dengan cara menyayat
atau bentuk segiempat. Setelah kayu dilepaskan dari kulit mata, maka mata ini
segera disisipkan ke bawah kulit batang pokok yang telah diiris tadi
2) Okulasi cara Forkert
Okulasi
dengan cara Forkert biasanya memberi hasil lebih baik dibanding dengan okulasi
huruf T karena kambium pada cara Forkert tidak rusak tergores pisau, terutama
di bagian tengah yang akan ditempeli mata. Adapun caranya adalah sebagai
berikut:
a. Pada batang pokok , kita buat irisan
melintang sepanjang 1 cm, dari ujung irisan melintang ini kita buat irisan
vertikal yang tegak lurus ke arah bawah. Panjang irisan lebih kurang 3cm.
b. Dengan menggunakan sudip pelan-pelan
irisan ini kita buka. Cara membuka irisan ini dimulai dari atas lalu di tarik
ke bawah. Agar kambium tidak mengering maka irisan yang telah kita buka tadi
kita tutup kembali. Untuk menjaga supaya irisan tidak membuka kembali maka
perlu diikat seperlunya.
c. Mata tunas diambil dengan cara
sayatan atau irisan segiempat. Besarnya kulit mata ini harus lebih kecil
daripada irisan yang telah kita buat. Bila ukuran kulit mata sama atau lebih
besar dariada irisan yang telah kita buat maka kita akan mengalami kesulitan
untuk menempelkan kulit mata dan akibatnya okulasi akan gagal.
d. Kulit mata yang telah dilepas
kayunya, di dalamnya ada kambiumnya dan diluar ada matanya, ditempelkan pada
irisan batang pokok yang telah kita buka
lebar-lebar.
e. Setelah kambium menempel pada
kambium batang pokok, maka kulit irisan batang pokok ditutup kembali.
f. Dalam waktu 2-3 minggu kemudian
ikatan dibuka. Bila matanya masih hijau berarti ada harapan okulasi akan jadi.
Kemudian kulit yang menutup mata dipotong di bawah mata supaya tunas dapat
tumbuh bebas.
3) Okulasi Forkert yang disempurnakan
Dasar okulasi ini
seperti okulasi Forkert, tapi mengalami sedikit perubahan, sehingga bentuk
irisinnya seperti huruf H. Oleh sebab itu, cara okulasi forkert yang
disempurnakan sering disebut dengan okulasi H. Okulasi H banyak diterapkan pada
okulasi tanaman buah-buahan di Indonesia karena tingkat keberhasilannya tinggi.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Di bagian batang pokok yang telah
kita pilih, dibuat irisan melintang selebar 2,5 cm. Dari ujung- ujung irisan
ini maka kita buat irisan tegak lurus ke bawah maupun ke atas sepanjang 2 cm.
Dan jika kita perhatikan, maka bentuk irisan ini akan menyerupai huruf H.
Secara pelan-pelan kulit kayu dari irisan melintang ini kita sayat ke atas dan
ke bawah sehingga terbentuk dua lidah yang mengarah ke atas dan ke bawah.
b. Pada cabang mata kita buat irisan
dengan panjang 3 cm dan lebar 2 cm, dan letak mata diperkirakan di tengah-
tengah irisan ini.
c. Dua lidah pada batang pokok kita
buka, lalu irisan mata kita tempelkan sehingga kambium melekat.
d. Luka ini selanjutnya ditutup dengan
lilin, kemudian diikat dengan tali plastik. Cara pengikatan dengan sistem
genting yaitu dari bawah ke atas.
4) Okulasi Segiempat
Bentuk irisan okulasi segiempat sama dengan cara okulasi
Forkert, hanya lidah dari kulit batang pokok dibuang. Adapun caranya adalah
sebagai berikut:
a. Kita buat irisan yang berbentuk
segiempat atau bujur sangkar pada batang pokok di tempat yang telah kita
tentukan. Panjang sisi – sisi dari irisan ini adalah 1,2 – 1,5 cm.
b. Dengan menggunakan sudip (pisau), kulit
kayu ini kita angkat sampai terlepas.
c. Selanjutnya dibuat irisan segiempat
pada kulit sekitar mata. Ukuran irisan segiempat ini harus lebih kecil
dibanding ukuran irisan pada batang pokok sehingga bisa masuk pada irisan
batang pokok.
d. Kulit mata ditempelkan pada irisan
batang pokok, kemudian diikat dengan tali plastik.
5) Okulasi Jendela
Pelaksanaan okulasi jendela memerlukan waktu yang agak lama
dan rumit. Pada lidah kulit yang telah dibuat, harus dibuat lubang. Lubang
tersebut nantinya digunakan untuk tempat mata, dengan demikian mata tidak akan
tertutup oleh lidah atau kulit batang pokok. Adapun caranya adalah sebagai
berikut:
a. Kita buat lebih dulu irisan pada
batang pokok. Untuk membuat irisan ini ada dua cara. Pertama, pada ketinggian
kira-kira 15 cm dari permukaan tanah dibuat dua buah irisan vertikal yang
arahnya ke atas. Jarak antara dua irisan ini 1,25 cm, kemudian kedua irisan ini
bertemu kira-kira pada ketinggian 21 cm dari permukaan tanah. Cara kedua,
kira-kira 21 cm dari permukaan tanah kita buat irisan tegak lurus ke arah bawah
sepanjang 5 cm.
b. Dengan pelan-pelan kita angkat
irisan ini dengan sudip atau pisau, sehingga terbentuk lidah. Lidah ini bisa
berbentuk lancip atau rata pada ujungnya bergantung pada cara yang kita pilih.
c. Di tengah-tengah lidah itu kita buat
lubang berbentuk segiempat dengan panjang 0,9 cm dan lebarnya 0,6 cm.
d. Kita siapkan kulit pohon yang ada
matanya yang panjangnya 4,5 cm dan lebarnya 1 cm. Mata kita tempelkan pada kayu
batang pokok sehingga kambiumnya bertemu dan diusahakan mata terletak tepat
pada lubang lidah bila nanti ditutupkan. Dengan demikian kulit lidah akan
menutupi kulit mata dan kambium
benar-benar menempel rata.
e. Luka bekas irisan ditutup dengan
lilin atau parafin, kemudian diikat dengan tali plastik dengan sistem ikatan
genting yaitu dari bawah ke atas.
6) Okulasi Haji Ali atau Stempel
Cara okulasi ini lebih menguntungkan dibanding menggunakan
pisau okulasi karena harga alat lebih murah, bahkan dapat dibuat sendiri. Cara
kerjanya lebih cepat, tingkat keberhasilan lebih tinggi, dan biaya produksi
lebih rendah. Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Pisau ditancapkan pada kulit batang
pokok tempat okulasi. Posisi pisau mula-mula miring, lalu semua mata pisau
dirapatkan sambil ditekan. Dengan pelan- pelan pisau diangkat, maka kulit
batang pokok ini akan terikut dan kulit ini kita buang.
b. Kita ambil mata, caranya sama dengan
pengambilan kulit pada batang pokok. Mata beserta kulitnya yang menempel pada
pisau lalu kita angkat dengan kuku ibu jari dan telunjuk.
c. Secara perlahan – lahan mata ini
kita tempelkan pada lubang bulat yang telah kita buat tadi, sehingga letaknya
bisa tepat benar.
d. Kemudian kita ikat dengan tali
plastik dari bawah ke atas (sistem genting).
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Okulasi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a. Faktor lingkungan
a) Waktu
penempelan
Pada umumnya penempelan dilakukan pada
waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.
b) Temperatur dan kelembaban
Temperatur dan kelembaban yang optimal
akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat diperlukan untuk
berhasilnya suatu tempelan. Temperatur yang diperlukan dalam penempelan
berkisar antara 7,20 C-320 C, bila temperatur kurang dari 7,20 C pembentukan
kalus akan lambat. Bila lebih dari 320 C pembentukan kalus juga lambat dan
dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan
adalah 250C-300C. Penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban
rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat/menghalangi pembentukan kalus
pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.
c) Cahaya
Cahaya matahari berpengaruh pada waktu
pelaksanaan penempelan berlangsung. Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan
pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan
sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas
terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.
b. Faktor tanaman
a) Kompatibilitas
dan inkompatibilitas
Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas sama akan menghasilkan tempelan yang
kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman/hasil tempelan yang dihasilkan akan
hidup lama, produktif dan kuat. Sedangkan inkompatibilitas, salah satunya adalah terjadi
penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).
b) Keadaan
fisiologi tanaman
Beberapa tanaman mengalami kesukaran
untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit
membentuk kalus.
c) Pengelupasan
kulit kayu
Pengelupasan kulit kayu sangat
berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium
pada batang atas dan batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari.
d) Penyatuan
kambium
Agar persentuhan kambium batang atas dan
batang bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan
batang atas dipilih yang hampir sama.
c. Faktor pelaksana
a) Keahlian
Kecepatan menyambung merupakan
pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
b) Kesempurnaan
alat
Dalam penyambungan diperlukan ketajaman
dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.
2.4 Sejarah
Tanaman Puring (Codiaeum Variegatum BL)
Puring termasuk tanaman hias perdu yang sering dimanfaatkan
sebagai tanaman pagar. Puring pertama kali diidentifikasi di wilayah laut
Seram, Maluku, pada 1600 dengan nama ilmiah Codiaeum mollucanum alias
Crozophyla, Junghuhnia, Phyllaurea, dan Synaspisma. Nama lain dari tanaman puring antara lain:
pudding, croton, kraton, torimas dan lain-lain. Di Eropa, puring mulai dikenal
pada 1804 ketika perahu East Indies berlabuh di London, Inggris. Kecantikan
puring membuat kaum bangsawan Inggris menggandrunginya. Lantaran tanaman ini
masih langka dan hanya dimiliki kaum bangsawan, maka dinamakan King of Plant.
Bak lukisan, tanaman puring memiliki warna-warni yang indah,
cerah dan cantik. Tanaman dengan nama latin Codiaeum, sebuah nama yang diberikan oleh seorang
botaniawan asal belanda GE Rumphius pada 1660
ini merupakan tanaman asli tropis. Namun dalam perkembangannya, tanaman
ini lebih banyak dikembangkan di daratan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.
Sedangkan di kampung halamannya, yakni Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia,
Srilangka dan India, tanaman ini masih dianggap tanaman liar.
Setelah berjaya di Eropa dan Amerika pada abad 18, terutama
setelah kelahiran puring varietas-varietas baru hasil persilangan, mulailah
kaum petani tanaman hias Asia melakukan pembudidayaan. Tidak jelas sejak tahun
berapa, namun dalam perkembangannya kini banyak bermunculan varietas baru yang
cantik dan unik, seperti puring apel merah dan kura-kura asal Thailand, dust
ruby asal Filipina, puring tokek asal Malaysia, dan puring oscar, puring
concord brazil asal Indonesia.
Asal-usul tanaman puring dan
habitatnya, berdasarkan sistem klasifikasi adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamili : Crotonoideae
Rumpun : Codiaea
Genus : Codiaeum A.Juss
Spesies :
Codiaeum affine, Codiaeum hirsutum, Codiaeum megalanthum,
Codiaeum tenerifolium, dan Codiaeum veriegatum.
Dari bentuk daun, puring dibedakan menjadi puring berdaun
oval, berdaun pita atau keriting, dan berdaun telapak kaki bebek. Warna daun
ada yang campuran merah, hijau, kuning, merah muda dan putih. Adapun kandungan yang terkandung dalam tanaman puring yaitu kulit batang dan
akarnya mengandung zat samak dan zat yang rasanya panas dilidah dan
tenggorokan. Selain itu, adapun manfaat tanaman puring antara lain:
·
Di
daerah Pasundan daun puring muda berwarna kuning kadang dimakan sebagai
sayuran.
·
Air
rebusan daun puring kuning bisa digunakan untuk mandi dan dapat membantu
memperlancar keluarnya keringat, dan jika diminum dapat menurunkan panas badan
karena demam.
·
Untuk
mengobati penyakit sipilis.
·
Untuk
mengobati sakit perut.
2.5 Langkah
- langkah Mengokulasi Tanaman Puring
dengan Cara Okulasi Huruf T
1. Alat dan Bahan:
a. Dua buah pohon berjenis sama
b. Pisau
c. Tali plastic
d. Tunas tanaman
2. Cara Mengokulasi

a. Buat jendela okulasi pada batang
tumbuhan satu, dengan irisan kira- kira 1 cm dari lingkaran batang. Dari
pertengahan irisan melintang ini, buat irisan vertikal ke bawah (huruf T).
Panjang irisan vertical lebih kurang 3 cm.
b. Kulit kedua buah
sisi irisan vertikal diangkat dengan pisau.

c. Iris kulit batang
yang memiliki mata tunas sebesar irisan batang yang akan ditempeli dengan cara
menyayat atau bentuk segiempat.

d. Irisan mata tunas
ditempel pada batang pokok yang telah diiris tadi dan dijepit dengan ibu jari
untuk memudahkan pembalutan.
e. Mata tunas yang
sudah ditempel, kemudian diikat menggunakan tali plastik. Dalam pengikatan
bagian mata tunas(tempelan) tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu
longgar.

f. Setelah dua minggu
melakukan penempelan, dilakukan pengamatan. Mata tunas mengalami pertambahan
ukuran dari ukuran daun (0,2);(1,5); (1,7); dan (3,0) cm menjadi (0,4); (1,7); (2,0); (3,2).

g. Setelah tiga
minggu, karena tanaman puring yang telah diokulasi menunjukkan adanya
pertumbuhan seperti pertambahan ukuran dan daunnya masih tetap hijau dan segar,
jadi dapat disimpulkan okulasi “berhasil”. Maka dari itu pembalutan sudah boleh
dibuka.
h. Setelah itu yang
terakhir dilakukan adalah memotong batang pokok.
2.6 Kelebihan
dan Kelemahan dari Perbanyakan Tanaman
dengan Cara Okulasi
Dari
praktek okulasi terhadap tanaman puuring yang saya lakukan dan menurut sumber yang saya baca dapat
ditarik beberapa kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman dengan cara
okulasi.
Beberapa
kelebihan perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu sebagai berikut.
a. Dengan cara diokulasi dapat
diperoleh tanaman yang dengan produktifitas
yang tinggi.
b. Ada beberapa warna di satu pohon.
c. Tanaman memiliki sifat yang baru.
d. Pertumbuhan tanaman yang seragam.
e. Penyiapan benih relatif singkat.
Beberapa
kelemahan dari perbanyakan dengan cara okulasi yaitu sebagai berikut.
a. Terkadang suatu tanaman hasil
okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara
batang bawah dengan batang atas (entres).
b. Perlu menggunakan tenaga ahli untuk
pengokulasian ini.
c. Bila salah satu syarat dalam
kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal
atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari pemaparan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa menempel atau okulasi adalah salah satu jenis perbanyakan
secara vegetatif buatan. Cara
memperbanyak tanaman dengan okulasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding
dengan stek dan mencangkok karena okulasi dilakukan pada tanaman dengan
perakaran yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan
dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai perakaran yang
kurang baik. Salah satu tanaman yang dapat di okulasi adalah tanaman puring
Banyak cara okulasi yang bisa kita lakukan, diantaranya
adalah okulasi huruf T, cara Forkert,
cara okulasi Forkert yang disempurnakan, okulasi Segiempat, okulasi Jendela,
okulasi Haji Ali atau okulasi Stempel. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penempelan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor
pelaksana. Dengan memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi okulasi,
okulasi yang saya lakukan dengan menggunakan cara okulasi huruf T
dapat dinyatakan “berhasil”.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari perbanyakan tanaman
dengan cara okulasi. Kelebihannya adalah dapat diperoleh tanaman dengan produktifitas yang
tinggi, ada beberapa warna di satu pohon, tanaman memiliki sifat yang baru,
pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat. Sedangkan
kelemahannya adalah terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang
normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang
atas (entres) dan bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak
terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal atau mata entres tidak tumbuh
sangat besar.
3.2
SARAN
Dalam
mengokulasi tanaman sebaiknya dilakukan pada saat kulit batang bawah maupun
batang atas mudah dikelupas dari kayunya. Dan jangan melakukan okulasi pada
saat musim hujan, sebab tempelan bisa kemasukan air. Apabila tempelan kemasukan
air, kemungkinan keberhasilan okulasi sangat kecil . Dengan mengetahui syarat
tanaman yang dapat di okulasi dan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan okulasi, hendaknya dapat dijadikan bekal baik oleh mahasiswa
maupun masyarakat luas dalam mengokulasi tanaman sehingga kegagalan dalam
mengokulasi tanaman dapat diminimalizir.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura
Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hewindati, Yuni Tri. 2006. Hortikultura.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Santoso,
B. 2006. “Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi”. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman.
Sumarsono, Lasimin. 2002. Teknik
Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan Model Mata Tempel yang Berbeda.
Jurnal Teknik Pertanian.
Wudianto,
Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Yusran
dan Abdul Hamid Noer. 2011. “Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada
Berbagai peerbandingan Pupuk kandang”. Media Litbang Sulteng.
![]() |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar